
Cara Melihat Hilal
Hilal merupakan bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadi konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah terdekat matahari terbenam yang menjadi pedoman awal bulan dalam kalender Islam (Hijriyah).
Biasanya hilal diamati pada hari ke 29 dari bulan Islam untuk
menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan ataukah
belum. Hilal juga bagian dari fase bulan.
Berkaitan dengan cara yang digunakan
tiap organisasi masyarakat di Indonesia. Ada tiga cara yang bisa dipakai
untuk melihat hilal 1 Syawwal yang sebagai berikut.
- Wujudul Hilal
Wujudul Hilal yang berikut adalah cara yang dipakai Muhammadiyah.
K. H. Wardan Diponingrat, beliau adalah yang mempelopori hisab hakiki Wujudul Hilal yang kini digunakan oleh Muhammadiyah. Untuk Wujudul Hilal mempunyai tiga syarat.
1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi),
2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam
3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
- Imkanu Rukyat
Cara ini hampir mirip dengan yang pertama, hanya saja pada metode ini mensyaratkan hilal minimal 2 derajat. Metode ini dipakai oleh PERSIS (Persatuan Islam). Syarat-syarat metode ini ada tiga.
1. Tinggi (Irtifa’) Hilal minimal 2º
2. Selisih Azimuth Matahari dan Bulan minimal 3º (jarak horizontal Bulan-Matahari)
3. Umur bulan minimal 8 jam (dihitung sejak ijtima’ sampai matahari terbenam).
- Ru’yatul Hilal
Sedangkan untuk cara yang ketiga ini harus menunggu datangnya maghrib terlebuh dahulu, sehingga bisa memungkinkan untuk melihat hilal secara langsung. Cara yang ketiga ini yang digunakan oleh NU (Nahdlatul Ulama).

Dari penjelasan cara melihat hilal
singkat diatas, bahwa rukyat merupakan menggunakan cara pandangan mata
sedangkan hisab menggunakan cara perhitungan matematik astronomi.
Dan tentunya kita bisa memahami kenapa terjadi perbedaan hari raya di
berbagai belahan dunia. Bahkan, di Indonesia sendiri, yang masih
terangkum dalam satu negara masih memunculkan perbedaan. Dimulai dari
perbedaan cara melihat hilal, dan berakhir dengan perbedaan kepastian
tanggal 1 Syawwal (Idul Fitri).